ESSAY ILMU SOSIAL DASAR


1. Apa perbedaan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan? Berikan contoh kasus berikut analisis dan solusinya!
Jawab :
Masyarakat pedesaan memiliki ciri :
a)      Sederhana
b)      Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
c)      Mempunyai sifat kekeluargaan
d)     Lugas atau berbicara apa adanya
e)      Tertutup dalam hal keuangan mereka
f)       Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
g)      Menghargai orang lain
h)      Demokratis dan religius

Sedangkan masyarakat perkotaan memiliki ciri :
a)      Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya.
b)      orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain
c)      di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan politik dan agama dan sebagainya.
d)     jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.
e)      interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.

Contoh Kasus :
Jakarta dalam Surat kabar The Jakarta Post (edisi Jumat, 21 Agustus 2010) menyebutkan bahwa penduduk Jakarta berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Menurut hasil sensus nasional terakhir, ibu kota dihuni oleh hampir 9,6 juta orang melebihi proyeksi penduduk sebesar 9,2 juta untuk tahun 2025. Populasi kota iniadalah 4 persen dari total penduduk negara, 237.600.000 orang.
Dengan angka-angka ini, kita dapat melihat bahwa populasi kota telah tumbuh 4,4 persen selama 10 tahun terakhir, naik dari 8,3 juta pada tahun 2000. Apa yang dikatakan angka-angka ini? “Ibukota telah kelebihan penduduk.” Pada tingkat ini,Jakarta memiliki kepadatan penduduk 14.476 orang per kilometer persegi. Sebagai akibatnya, para pembuat kebijakan kota perlu merevisi banyak target pembangunankota ini, termasuk penciptaan lapangan kerja, ketahanan pangan, perumahan, kesehatan dan infrastruktur, sebagai peredam masalah pada saat kota sudah mengalami kepadatan penduduk yang sangat menghawatirkan. Permasalahan penduduk ini tentu tidak berhenti sampai disini saja, permasalahan penduduk di perkotaan mengakar dan membuat masalah masalah baru, diantaranya adalah terdapat bayaknya bangunan liar yang berada di perkotaan.
Analisis :
Daya tarik ibu kota atau perkotaan membuat warga warga desa berdatangan untuk mencari peruntungan di kota. Mereka memiliki mindset bahwa di perkotaan mereka dapat mendapatkan pekerjaan, apapun itu. Kenyataannya setelah sampai dikota, banyak dari mereka yang tidak tahu harus tinggal dimana sedangkan perkerjaan ternyata susah didapat. Mau tidak mau banyak orang-orang desa ini yang terpaksa mendirikan bangunan liar di pinggiran jalan, sungai, dibawah flyover disudut – sudut perkotaan. Tentu ini menjadi permasalahan yang rumit, saat mereka sudah menetap lama disana, dan pihak pemerintah juga tidak ambil tindakan yang cepat untuk penggusuran, alhasil bangunan yang awalnya hanya triplek dan kayu kayu berubah menjadi semenan batu bata semi permanen. Tentu ini membuat kewalahan para pemerintah andaikan mereka menggusur dan menormalisasi pemukiman pemukiman yang dihuni diatas tanah negara. Akibatnya adu cekcok, saling mempertahankan pendiriannya satu sama lain memicu konflik dan pertengkaran.
Solusi :
Seharusnya daerah-daerah yang biasa dibuat bangunan liar ditertibkan dan di pindah ke tempat yang tidak akan mengganggu aktivitas perkotaan. Seperti membuat tempat khusus PKL ataupun rusun degan biaya yang murah agar tidak menambah kesusahan bagi para pedagang kecil.
Selain itu, pemerintah juga seharusnya dapat mengurangi datangnya orang pedesaan ke kota dengan cara membuat lapangan pekerjaan yang layak dan sesuai dengan ciri-ciri masyarakat pedesaan. Serta gaji yang sesuai atas kerja keras mereka di daerah pedesaan agar orang pedesaan merasa cukup dan tidak pindah ke kota.

2. Mengapa di dalam masyarakat dapat terjadi pertentangan sosial? Sebutkan faktor-faktor penyebabnya!
Jawab:
Konflik sosial yang ada di masyarakat tidak terjadi begitu saja. Ada satu atau lebih pemicu dalam masyarakat tersebut yang menyebabkan antar individu atau kelompok bisa terlibat perselisihan dan konflik.
Penyebab pertentangan sosial yang paling sering adalah ego masing-masing individu yang tidak dikendalikan secara tepat hingga dapat menimbulkan konflik dengan individu lainnya, seperti pertengkaran, misalnya.
Karakter seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, sedangkan tidak semua masyarakat memiliki kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Perbedaan kebiasaan, nilai dan norma sosial yang dianut oleh masing-masing orang atau kelompok dapat menjadi pemicu konflik jika seluruh pihak tidak mencoba mengerti nilai dan norma satu sama lain.
Tingkat kebutuhan hidup yang berbeda-beda seringkali menyebabkan adanya perbedaan kepentingan antar individu dan kelompok. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Contoh konflik yang biasanya disebabkan oleh perbedaan kepentingan adalah pengurangan pegawai di suatu perusahaan untuk efisiensi operasionalisasi biaya produksi. Pegawai merasa masih membutuhkan gaji tetap, sedangkan pemilik perusahaan perlu menghemat biaya produksi untuk memaksimalkan keuntungan.
Dalam masyarakat yang multikultural, sering terjadi pergesekan sistem nilai dan norma sosial antara etnis yang satu dengan etnis yang lainnya. Adanya fenomena primordialisme dan etnosentrisme yang tumbuh pada masing-masing etnis, maka akan tumbuh pertentangan-pertentangan yang memicu terjadinya konflik sosial. Sebagai contoh, dalam perekrutan pegawai, masing-masing pemerintah daerah akan memprioritaskan etnisnya sendiri, padahal di daerah tersebut masih ada etnis lain.
Konflik rasial didasari oleh diskriminasi ras. Di Indonesia, konflik ras terjadi akibat adanya kecemburuan sosial terhadap ras tertentu yang menjadi minoritas, tetapi memiliki kekuatan ekonomi yang jauh lebih besar daripada ras mayoritas.
Agama sebenarnya bukan pencetus utama terjadinya suatu konflik sosial. Dalam banyak kasus yang sering terjadi, konflik agama adalah dampak negatif dari rentetan konflik yang terjadi sebelumnya.
Dengan kata lain faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat ialah :
  1. Perbedaan Antarindividu
  2. Perbedaan Antarkebudayaan
  3. Perbedaan Kepentingan
  4. Perbedaan Etnis
  5. Perbedaan Ras
  6. Perbedaan Agama

3. Jelaskan hubungan antara ilmu pengetahuan , teknologi, dan kemiskinan! Sertakan contohnya!
Jawab :
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia, yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Dalam hal kemiskinan struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya yang timbul dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan sosial buatan manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar. Semuanya merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem kemasyarakatan. Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rata-rata orang yang hidup di bawah garis kemiskinan belum dapat membaca maupun menulis. sedangkan salah satu cara memberantas kemiskinan adalah dengan ilmu pengetahuan. Dengan dapat membaca dan menulis, seorang pemulung sampah bisa berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan menghasilkan banyak uang. Dengan ilmu pengetahuan, dapat merubah seorang pengamen untuk berpikir kreatif dan memulai membuka suatu usaha dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Contoh dari hubungan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan yang ada pada saat ini adalah dengan dibuatnya aplikasi gojek yang dibuat oleh Nadiem Makarim, CEO gojek itu sendiri. Ia mengubah ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang dapat memudahkan seseorang untuk bekerja menjadi driver gojek. Dengan dibukanya lapangan pekerja tersebut, mulai sekarang angka kemiskinan dapat berkurang karena siapa saja dapat menjadi driver gojek asalkan bisa mengendaarai kendaran dan memiliki SIM.
Contoh lainnya adalah banyaknya petugas yang bekerja di jalan tol di PHK dari pekerjaannya dan diganztikan oleh teknologi karena mereka berpendapat dngn menggunkn teknologi dengan cara tap kartu tol lebih mudah dan cepat sehingga tidak menyebabkan kemacetan.

4. Sebutkan dan jelaskan tiga tipe kaitan agama dan masyarakat!
Jawab :
Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, tiga tipe tersebut adalah :
1.        Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyrakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain. Sifat-sifatnya :
        Agama memasukkan pengaruhnya yang sacral ke dalam system nilai masyarakat secra      mutlak.
        Dalam keadaan lain selain keluarga relatif belum berkembang, agama jelas menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat secara keseluruhan.
2.        Masyarakat praindustri yang sedang berkembang.
Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi darpada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada system nilai dalam tiap mayarakat ini, tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sacral dan yang sekular itu sedikit-banyaknya masih dapat dibedakan.
3.        Masyarakat- masyarakat industri sekular
Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.

5. Berikan contoh kasus, analisis, solusi, tentang konflik agama yang sering terjadi di masyarakat!
Contoh Kasus :
Pada malam hari tanggal 29 hingga 30 Juli 2016, sebuah kerusuhan terjadi di Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara, Indonesia. Kerusuhan meliputi pengerusakan 2 wihara, 8 kelenteng, dan 1 yayasan sosial di kota itu. Tidak ada korban jiwa akibat kejadian tersebut, namun kerugian ditaksir mencapai sedikitnya ratusan juta rupiah. Terdata nama-nama rumah ibadah dan panti sosial yang menjadi korban kerusakan amuk warga seperti Wihara Tri Ratna, Avalokitesvara, Kelenteng Dewi Samudra, Ong Ya Kong, Tua Pek Kong, Tiau Hau Biao, Huat Cu Keng, dua kelenteng lainnya, dan satu yayasan sosial di Jalan Mesjid
Kerusuhan dipicu oleh seorang warga etnis Tiongkok bernama Melianda yang menginginkan suara azan dari pengeras suara Masjid Al-Makshum yang terletak di Jalan Karya, Kota Tanjungbalai, diperkecil, lantaran mengganggu aktivitas keluarga di rumahnya. Pihak pengurus masjid sempat mendatangi rumah warga tersebut seusai Salat Isya, namun karena situasi yang mulai tidak kondusif, kedua belah pihak dipisahkan dan diamankan oleh kepolisian setempat. Situasi sempat mereda setelah dilakukan mediasi, namun menjelang tengah malam, sedikitnya ratusan warga berkumpul bersiap melakukan penyerangan kepada rumah warga yang memprotes suara azan masjid tersebut. Diduga massa kembali berkumpul setelah sebuah tulisan di Facebook yang memuat isu SARA terkait protes pengeras suara masjid. Massa sempat mencoba membakar rumah pemrotes, namun dicegah warga setempat. Massa kemudian beralih merusak, membakar, dan menjarah barang-barang di wihara dan kelenteng setempat. Menjelang pagi hari pada tanggal 30 Juli, polisi membubarkan massa yang melakukan kerusuhan. Tujuh orang yang diduga sebagai provokator ditangkap akibat perusakan wihara. 

Analisa :
Kurangnya toleransi dalam peristiwa Tanjung Balai ini bisa dikatakan sebagai penyebab utama dari konflik aantara kedua belah pihak yaitu seorang dari etnis Tionghoa yang pada saat itu mengkritik suara Adzan di masjid yang menurutnya terlalu keras. Hal ini juga sejalan dengan teori konflik “ Negosiasi Prinsip” dimana konflik dimulai dari posisi-posisi yang tidak selaras. Dalam hal ini, perbedaan pandangan adalah terletak pada perempuan yang memandang salah satu ritual keagamaan umat Islam, yaitu adzan yang dianggap menggangu dan umat islam yang memandang protes yang dilayangkan perempuan etnis Tionhoa merupakan penistaan agama.
Kegagalan dalam berkomunikasi juga menjadi salah satu penyebab konflik. Dimana pandangan persepsi yang diungkapkan warga etnis Tionghoa kepada warga beragama Islam saat itu justru menimbulkan konflik yang berujung tindakan anarkis.
Meski begitu, beberapa asumsi mengatakan bahwa konflik ini terjadi disebabkan adanya kesenjangan ekonomi di Tanjung Balai. Sudah menjadi realitas bahwa ekonomi dikuasai etnik Tionghoa (Cina).  Mereka makin lama semakin kaya karena aparat dan kepala daerah bekerja sama dengan mereka.  Ini terjadi karena dalam setiap pemilihan kepala daerah (pilkada), mereka terlibat menjadi cukong (atasan) kepada setiap calon yang bertarung dalam pilkada, sehingga siapapun yang menang dalam pilkada, mereka sudah investasi terlebih dahulu sebagai penyandang dana dan kepala daerah yang terpilih otomatis merasa berhutang budi kepada mereka.  Dampaknya, kepala daerah bekerjasama dengan mereka. Kondisi semacam itu, menyebabkan kesenjangan sosial ekonomi semakin melebar dan masyarakat kemudian marah, benci dan anti  terhadap mereka yang kebetulan dari etnik Cina.
Kedua, tumbuh arogansi di kalangan mereka terhadap masyarakat pribumi. Ini penyakit orang kaya yang dilindungi oleh aparat. Mereka tidak lagi sensitive – menyaring kata dan kalimat kalau berbicara, sehingga masyarakat memendam kebencian dan kemarahan terhadap mereka.  Kasus Melianda, yang marah dan menegur muazzin (orang yang azan – dalam rangka memanggil untuk shalat) dengan menggunakan pengeras suara di Tanjung Balai, Sumatera Utara,  segera direspon dengan melampiaskan kemarahan dan kebencian yang sudah lama dipendam dengan membakar Wihara dan Kelenteng yang menjadi tempat beribadah orang-orang Cina (Tionghoa).
Ketiga, persepsi masyarakat terhadap mereka menjadi sangat negatif karena setiap terjadi masalah, aparat selalu memihak kepada mereka.   Kondisi semacam ini menyebabkan muncul teroris dan aparat menjadi target untuk melampiaskan kemarahan, kebencian dan dendam.
Keempat, kebijakan dan perlakuan yang mengistimewakan mereka yang kaya, yang kebetulan adalah etnik Cina (Tionghoa), telah memancing perasaan tidak adil yang sewaktu waktu diledakkan jika ada masalah sekecil apapun. Dan yang terakhir adalah faktor global yang  turut mempengaruhi masyarakat berperilaku temperamental, cepat marah, dan emosi. Selain  lima faktor yang dikemukakan di atas, penyebab mudah meledaknya suatu konflik adalah karena masyarakat membentuk klaster, kumpulan, dan kelompok berdasarkan agama, suku, etnik, pekerjaan,  dan sebagainya.

Solusi :
Menurut pandangan saya, Seharusnya warga disekitar daerah tersebut hrus menjaga toleransi antar warganya. Tidak mempedulikan ras, agama, ataupun warna kulit.Karena hal tersebut adalah hal yang paling memicu adanya konflik antar agama, yakni adanya perbedaan. Indonesia terdiri dari berbagai agama. Dengan Bhineka tunggal ika-nya, Indonesia harusnya lebih menyatu dan tidak membeda-bedakan antar kelompok yang satu dengan yang lain. Warga seharusnya dapat hidup berdampingan dengan sesama. Tanpa ada arogansi diantaranya. Sehingga ketentraman dapat terwujud dan kerusuhan dapat diminimalisir dan kerusuhan hingga memakan korban jiwa tidak terjadi lagi.
Para warga juga seharusnya tidak memberlakukan kebijakan dan perlakuan yang istimewa dan berbeda kepada golongan yang satu degan yang lainnya. Seharusnya setiap orang yang ada memiliki hak dan kewajiban yang setara.

Komentar

Postingan Populer